Selasa, 29 Maret 2011

Rumah Jln. Agus Mawi gaya Arsitektur Jengki

 

Rumah yg terletak di Kabupaten Cirebon tepatnya di Kecamatan Ciledug ini adalah rumah di mana  Orang tua  saya menghabiskan masa kecil hingga menyelesaikan sekolah menengah pertama, karena setelah itu beliau melanjutkan sekolah di kota Cirebon.
Dan biasanya dimasa liburan sekolah saya pun hampir selalu menghabiskan masa liburan sekolah di rumah ini dengan saudara-saudara yg lainnya.
Rumah bergaya arsitektur Jengki ini di bangun di masanya sekitar tahun 60an,. Dalam tahap pembangunan  kakek saya harus merelakan beberapa motor besar nya untuk bisa menjadikan rumah ini berdiri dengan kokoh. Gaya arsitektur Jengki ini sangat booming di tahun 60an  dimana para Arsitek Indonesia sedang mencari jati diri setelah belanda perlahan meninggalkan Indonesia dan juga mulai meninggalkan gaya arsitektur Kolonial.
Rumah ini memiliki bagian Utama, bagian samping yg biasanya kita sebut pavilion, dan juga bagian belakang. Bagian Utama dan bagian pavilion dari rumah ini bila di zoningkan terdiri dari area public, semi public, dan private, sedangkan bagian belakang terdiri dari area semi public, private, dan service dimana untuk menuju bagian belakang ini ada pintu yg bisa di akses langsung dari halaman  rumah, dan di bagian belakang ini menjadi ruang favorit bagi keluarga untuk bercengkrama karena bagian tengahnya open space yg di kelilingi oleh ruang ruang yg ada sehingga sirkulasi udara sangat baik di bagian belakang rumah ini.
 Salah satu ciri dari gaya arsitektur Jengki ini adalah menggunakan atap pelana dimana kemiringan atap 30° sampai dengan 45°, untuk bagian muka biasanya di tambah ornament  dinding miring diagonal dan di tambah striping horizontal, penggunaan batu alam dan roster yg berfungsi sebagai lubang angin juga banyak di gunakan pada rumah bergaya arsitektur Jengki.
Sedangkan untuk bukaan-bukaanya seperti pintu tidak jauh berbeda dengan yang biasanya namun untuk penggunaan jendela biasanya menggunakan jendela dengan daun jendela plus kaca yang berukuran  lumayan besar, kadang untuk bagian kamar tidur memiliki dua daun jendela yg pertama bagian luar berupa daun jendela krepyak dan yg bagian dalam daun jendela kaca.
Rumah bergaya asritektur jengki ini di bagian dalamnya sejuk karena elevasi ruang cukup tinggi dan juga di karenakan kemiringan atap yg tinggi dan di tambah lubang angin di bagian sopi-sopi sehingga sirkulasi udara cukup baik dan bisa meminimalisir udara panas di setiap ruangnya.
Namun raut wajah rumah pada saat ini sangat memprihatinkan karena sudah tidak berpenghuni, kusam, seperti tak bergairah, sungguh menyedihkan apalagi bila mengingat masa kecil main berlarian di halaman rumah tersebut,..sorabi, tempe goreng, sambel, sayur cabe hiaju (brongongong sabrang), itu kenangan indah sekali pisan,… sangat merindukan masa masa itu,…
Dari rumah inilah yg membuat saya selalu jatuh cinta akan keindahan gaya arsitektur Jengki,..

4 komentar:

  1. nice post bro artikelnya...
    adit ini temen gw sewaktu di sma dulu..orgnya tinggi (dan mungkin paling tinggi seangkatan) hehehe....
    truslah berkarya kawanku adit..

    -salam: tony-

    BalasHapus
  2. thanks Brada,.. succses for you my brother,..

    BalasHapus
  3. Nice house, looks homy. Pengen bikin rumah gaya jengki colonial:)

    BalasHapus
  4. Nice house, looks homy. Pengen bikin rumah gaya jengki colonial:)

    BalasHapus